Mimpi Yang Menjadi Nyata: Pengungsi Suriah lulus Pendidikan Dokter di Turki
Melarikan diri dari perang saudara Suriah pada 2013, Ibrahim Saban lulus dari sekolah kedokteran di Turki
SAKARYA, Turknesia
Allah tidak pernah menutup jalan bagi mereka yang memiliki asa, bagaimanapun keadaannya. Ini terjadi di Turki, seorang mahasiswa yang terpaksa drop-out karena perang, kini menerima manisnya keramahtamahan bangsa ini, lulus fakultas kedokteran di Turki!
Dialah Ibrahim Saban. Keadaan negerinya memaksa Saban putus sekolah kedokteran ketika dia melarikan diri dari perang saudara di tanah airnya. Ibrahim Saban meninggalkan Suriah menuju Turki bersama ribuan pengungsi lain pada 2013 karena perang saudara saat dia belajar kedokteran di Universitas Aleppo, Suriah.
Saban kemudian mengikuti ujian masuk universitas melalui jalur YOS (penerimaan mahasiswa asing) di Istanbul pada tahun 2014 dan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Sakarya di Turki barat laut.
Karena ketekunannya, ia kemudian dinyatakan lulus dari Universitas Sakarya 2020 lalu kini ai ditempatkan sebagai dokter di layanan darurat pandemi di Rumah Sakit Pelatihan dan Riset Sakarya. ‘’Seluruh dunia tahu keramahan Turki,’’ sergahnya, seraya memuji orang-orang yang ramah dan membantunya dalam proses belajar di universitas itu.
“Turki menerima pengungsi untuk belajar, dan ini menunjukkan pendekatan kemanusiaan dan kasih sayang bangsa ini. Sungguh ini wujud kemanusiaan yang tiada bandingnya, bahwa kemurahhatian dapat membantu seseorang yang sangat membutuhkan atau dalam situasi yang sulit seperti saya. Anda benar-benar tidak dapat menemukan ini di mana pun di dunia, “tambahnya.
“Merupakan tugas kami sebagai dokter untuk membantu siapa pun yang memiliki masalah kesehatan terlepas dari mana mereka berasal. Saya sungguh bahagia melakukan ini di Turki dan ini yang selalu saya kenang, karena Turki membantu saya kini saya menjadi seorang dokter, ,”katanya.
Suriah telah terlibat dalam perang saudara yang ganas sejak awal 2011, ketika rezim Bashar al-Assad menindak protes pro-demokrasi dengan keganasan yang tak terkira. Turki tampil sebagai negara garda depan di mana sebagian besar pengungsi harus diombang-ambingkan dan ditolak memasuki negara Eropa dalam upaya mereka mencari suaka. Tak jarang, kecelakaan terjadi pada keluarga mereka baik di darat ataupun di laut ketika menyebernag perbatasan.
Turki kini menampung tak kurang dari 3,6 juta pengungsi Suriah. Sebuah kebijakan penuh rasa kemanusaian, yang belum pernah didemonstrasikan negara lain di sudut manapun di dunia. Salah satu pengungsi yang bahagia itu adalah Saban, dan dia bangga kini membalas semua kebaikan bangsa ini dengan menjadi dokter garda depan bagi kemanusiaan. Selamat wahai Saban dan terima kasih Turki! (ds)
Leave a Comment